Berangkat dari perkataan Al-Ustadz Sumarno, M.Pd.I. Selaku Ketua STIT Mumtaz Karimun, Beliau mengatakan yang kurang lebih seperti ini :
“Mengapa saat ini tidak ada tokoh atau pemikir Islam yang namanya tidak sebut atau perkataannya tidak dipakai oleh umat manusia yang lain? Padahal umat Islam itu tidak kekurangan orang pintar, orang cerdas dan masing-masing orang itu punya pemikiran yang berbeda-beda. Itu karena tidak adanya bukti tertulis seperti buku, jurnal dari hasil pemikirannya sendiri. Sehingga tidak ada rujukan ilmiah yang dapat menguatkan salah satu pendapat. Maka dari itu, mulailah menulis.”
Kemudian, motivasi dari Ustadz Imam Nawawi, selaku ketua Pemuda Hidayatullah Pusat dimana beliau tetap berusaha untuk menulis minimal 1 kali dalam 1 hari pada blog miliknya yaitu, MasImamNawawi.com.
Wahai Syabab, Ambillah Penamu dan Mulailah Menulis. Saat ini, Media Informasi dapat dengan mudah diakses dari mana pun hanya dengan bermodalkan sebuah Gawai/ Gadget yang saat ini dimiliki oleh hampir setiap orang, baik orang tua, remaja dan bahkan anak-anak.
Jika dahulu, para ‘Ulama dengan keterbatasan sarana dan teknologi mampu mengumpulkan ilmu dan mengamalkannya sehingga menjadi umat yang sangat disegani hingga saat ini, terbukti dengan karya para ‘Ulama yang masih digunakan sebagai rujukan dalam membantu umat untuk beramal shalih. Maka sudah sepantasnya lah kita dengan segala kemudahan yang Allah berikan saat ini dapat melebihi dari apa yang telah mereka lakukan untuk generasi berikutnya.
Karya tulis tidak hanya terpaku pada bentuk fisik seperti buku, skripsi, tesis, melainkan juga dapat berbentuk digital yang berupa e-book, artikel di media sosial atau blog. Dan sebagaimana yang diketahui bersama, saat ini media informasi tersebut telah dikuasai oleh orang-orang yang banyak menyesatkan umat islam dengan berbagai teori dan pendapat menyimpangnya. Untuk itulah, Wahai Syabab, Ambillah Penamu dan Mulailah Menulis. Para pemikir Islam sudah harus mendominasi keberadaan hingga dapat menetralisir penyimpangan yang ada.
Kemudian, jika dengan melihat kondisi tersebut tidak mampu mengubah pola pikir kita, maka cukupkanlah dengan dasar yang kuat dari hadits nabi :
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni.)
0 Comments